Menakar harga sel surya

Energi surya itu gratis, tidak perlu bayar, semua orang dapat mengaksesnya tanpa perlu merogoh kocek sekedar –misal- menjemur pakaian atau ikan asin. Bisa dikatakan, tidak ada sudut di muka bumi ini yang tidak tersentuh sinar matahari. Bahkan sejatinya, ummat manusia pun tidak pernah meminta kepada Tuhan untuk dibuatkan matahari yang sinarnya sangat menentukan kehidupan di bumi, well, begitu kira-kira salah satu ustadz pernah berbicara di sebuah kesempatan pengajian. Dengan energi yang setara dengan 4 kilo-Watt hour (kWh)/meter persegi/tahun, sinar matahari ini merupakan sebuah potensi yang sangat manis apabila termanfaatkan tidak sekedar untuk menjemur ikan asin tentunya. Tentu saja persoalan menjadi lain manakala dibutuhkan sebuah perangkat untuk memanfaatkan energi surya tersebut, yang tentu saja tidak gratis.

“Saya sangat tertarik dgn pengadaan listrik tenaga surya, namun saya baca artikel-artikel di internet, harga panel surya mahal sekali, utk membangkitkan 1000 watt butuh dana kurang lebih 100 jutaan. Kebetulan juga saya tinggal di khatulistiwa, jadi sangat berguna dan tepat .

Yang ingin saya tanyakan, apakah Putra-putri bangsa ini tidak bisa bikin panel surya yang murah, seperti internet dari kaleng susu bekas, yang murah meriah. Lalu apa faktor yang menyebabkan panel surya mahal, apakah harus diimpor dari luar negeri? “

(Dari Sdr. Eddie, Dec 15, 2007 1:27 PM)

“Bp/Ibu Yth.
Saya sangat tertarik dengan energi surya terutama untuk perluan rumah tangga. Apakah bapak/ibu bisa menjelaskan ke saya hitung2an secara ekonomi untuk penyedia Listrik Surya setara dengan Daya Listrik PLN 1300 watt ? mohon pencerahannya”
Terima kasih

(Dari Sdr. Danang Sri Hadmoko, Dec 20, 2007 2:12 PM)

Email Sdr. Eddie dan Sdr. Danang melalui kolom Konsultasi di Blog ini saya ambil sebagai sebuah sampel dari banyaknya pertanyaan yang dikirimkan ke saya berkaitan dengan berapa biaya yang perlu dikeluarkan untuk penerapan sel surya di perumahan, atau singkatnya, berapa harga sel surya secara umum. Baru kali ini saya berkesempatan menulis sebuah topik khusus mengenai harga ‘barang baru’ ini.

Tulisan ini ditujukan untuk sediit banyak mengupas harga sel surya dengan memprioritaskan pada sel surya Silikon untuk aplikasi perumahan meski tidak menutup kemungkinan juga mendeskripsikan harga sel surya secara umum dan sebab-sebab apa yang mempengaruhi harga sel surya.

Dihadapkan pada sumber energi konvensional, sel surya sebagai sumber energi alternatif ini tidak akan dapat bersaing secara langsung tanpa adanya dukungan banyak faktor. Di sisi lain, terjangkaunya energi konvensional sendiri tidak lepas dari turut campurnya negara dalam mengontrol harga agar tidak terlalu mahal dan terjangkau, sebagai contoh, adanya subsidi BBM atau tarif dasar listrik (TDL) yang dihasilkan dari PLT Diesel di Indonesia.

Hal yang sama tidak ditemui pada energi terbaharukan, atau jika ada, tidaklah sebesar dukungan negara pada bahan bakar konvesional semisal minyak, baik dukungan ekonomi maupun politik. Dukungan kebijakan negara pada pengembangan sel surya di negara-negara maju (OECD) sudah dirasakan cukup mapan dengan salah satu alasan untuk mengurangi emisi CO2 sebagai salah satu kesepakatan Protokol Kyoto. Namun di sisi lain, terdapat ketimpangan kebijakan yang sangat besar di negara-negara berkembang seperti di Indonesia yang belum memiliki langkah serupa untuk mendukung pemasaran sel surya.

Jadi, bila kita mencoba menakar harga sel surya dan terasa bahwa sel surya itu begitu mahal apabila setelah mencoba membandingkannya dengan sumber energi lain yang sudah ada, sebenarnya kurang terasa tepat karena sel surya tidak berada pada kondisi obyektif yang sama, yakni tidak disubsidi atau tidak memperoleh pertolongan yang sama dari negara. Alias, seluruh harga sel surya dan komponennya musti ditangung sendiri oleh konsumen.

Secara umum, dapat saya katakan bahwa tantangan peneliti dan pengembang sel surya di seluruh dunia dihadapkan pada dua hal utama; (1) meningkatkan efisiensi sel surya semaksimal mungkin, dan (2) menurunkan harga sel surya.

Tantangan ini tidak hanya berlaku di Indonesia saja, melainkan juga di negara-negara pelopor jenis teknologi energi terbaharukan ini. Tantangan efisiensi dipenuhi dengan aktifitas riset dan pengembangan yang tidak kunjung henti di masing masing jenis sel surya. Terdapat kecenderungan bahwa sel surya mengalami peningkatan efisiensi pada skala laboratorium, namun masih menemui kendala serius ketika dipasarkan dalam bentuk yang lebih besar, yakni modul dan panel surya. Cara lain ialah dengan menggunakan material yang lebih murah, lebih tipis dari sel surya yang dipasarkan saat ini dan sebagainya.

Sedangkan, tantangan kedua, untuk jangka pendek dicapai dengan penerapan kebijakan pemerintah masing-masing negara yang bertujuan untuk menekan harga sel surya sehingga terjangkau. Selain itu juga dipenuhi dengan meningkatkan jumlah volume produksi sel surya dunia atau memperbesar ukuran sel surya (tepatnya modul surya) sebagaimana diperlihatkan di bawah ini harga beberapa jenis sel surya utama yang tengah dipasarkan di negara-negara pelopor teknologi ini yakni Amerika, Jerman dan Jepang, sehinga harga sel surya pun dapat ditekan. Saat ini, harga sebuah sel surya internasional ada pada kisaran US$ 4-5/Watt untuk sel surya jenis poli-Silikon yang menempati pangsa pasar lebih dari 90%.

harga-sel-surya-dunia.jpg

Lantas apa yang membuat sel surya terbilang mahal saat ini?

Di bawah ini ialah paparan singkat mengenai hal-hal umum yang turut berkontribusi pada harga sel surya yang pada akhirnya dibebani kepada konsumen.

1. Biaya produksi pembuatan sel surya.

Jika kita melihat proses pembuatan sel surya dengan mengambil contoh sel surya silikon yang menempati 90% pangsa pasar sel surya saat ini, maka terlihat adanya proses produksi yang melibatkan modal besar (high capital), yakni industri semikonduktor. Industri semikonduktor ini masih merupakan industri padat modal karena bersandar pada pembuatan dan penyediaan silikon, lebih tepatnya wafer silikon. Sejatinya, silikon sendiri ialah elemen terbanyak kedua di kulit bumi setelah oksigen, sehingga harganya relatif rendah.

Hanya saja, dengan kebutuhan industri semikonduktor yang meminta kadar kemurnian silikon sangat tinggi, sekitar 1 bagian per milyar (1 ppb), biaya pemrosesan silikon untuk semikonduktor menjadi berlipat-lipat. Proses pembuatan silikon sejak dari penambangan, pemurnian dan pemotongan inilah yang memilki andil sekitar 65% dari total harga sebuah sel surya. Data tahun 2004 mengenai harga silikon dunia dengan kadar tersebut kira-kira US$ 50/kg dan terus meningkat dikarenakan adanya permintaan industri semikonduktor maupun elektronik. Pemrosesan seperti pembuatan sel dan enkapsulasi sel surya masing-masing menyumbang 10 dan 25% dari total harga sel surya.

sel-surya-komposisi.jpg

Secara kasar, saat ini, harga sebuah sel surya sekitar US$ 4-5/Watt, belum termasuk pendukungnya. Sehingga jika seorang konsumen hendak membeli sel surya dengan daya 50 Watt, maka perlu menganggarkan biaya sekitar US$ 200-250 (lihat tabel di akhir tulisan).

Agak sedikit melebar, lantas, bisakah kita membuat industri sel surya sendiri agar sel surya bisa lebih mudah terjangkau di pasar sendiri?

Pada dasarnya tentu saja hal ini sangat mungkin dengan beberapa catatan menurut opini saya.

Pertama, pembuatan silikon untuk sel surya atau semikonduktor ialah sebuah usaha padat modal yang sangat besar dari segi investasi. Dan tidak semua negara di dunia yang mampu secara teknologi melakoni pekerjaan besar ini, hanya beberapa negara saja yang mampu membuat silikon dengan kadar yang dibutuhkan maupun wafer silikon, semisal, Amerika, Jerman, Jepang dan Korea. Selain itu, industri pembuatan silikon berkadar tinggi maupun pembuatan wafer silikon ini juga menyedot tenaga listrik yang cukup besar. Namun mengingat bahan dasar silikon seperti pasir silika ini mudah ditermui di Indonesia (lihat kutipan berita Kompas di Blog ini) , dengan dukungan investor dan pemerintah, saya kira kita cukup mampu dalam hal ini. Masak calon PLTN Muria yang heboh 80 trilyun saja kita menyanggupi, membuat sebuah pabrik wafer silikon saja kurang mampu?

Kedua, jika dalam jangka pendek tujuannya ialah memasarkan sel surya sebanyak mungkin, maka kita perlu meniru langkah China dalam memasarkan sel surya di negaranya. Industri-industri China tidak membuat material dasar silikon untuk sel surya ini. Mereka juga tidak memiliki kemampuan dalam membuat mesin-mesin yang dipergunakan pabrik-pabrik mereka untuk membuat sel surya dalam skala besar.

Hanya saja, strategi mereka ialah, mengimpor mesin-mesin pabrik dari Jerman sebagai bahagian dari investasi, serta mengimpor material silikon khusus untuk sel surya dari negaa-negara lain semisal, Jerman, Jepang dan Korea Selatan. Keunggulan komparatif upah pekerja yang murah, membuat sel-sel surya made in China saat ini merajai pasaran sel surya Eropa selain menjadi tuan rumah di negara sendiri. Hal ini saya saksikan sendiri dalam ajang PVSEC-15 di Shanghai, China. Mungkin strategi ini dalam jangka pendek bisa diterapkan di Indonesia. Namun kembali lagi, kita masih menunggu peran investor dan negara dalam hal ini.

2. Biaya perangkat dan pelayanan pendukung.

Memanfaatkan sel surya untuk keperluan apapun membutuhkan perangkat pendukung yang disebut Balance of System (BOS) yang biasanya terdiri atas baterei, inverter, biaya pemasangan serta infrasturktur (lihat gambar berikut). Di sini peran BOS sangat penting sehinga semua ini (Sel surya + BOS) disebut dengan sistem fotovoltaik. Baterei serta pegontrolnya diperlukan untuk meyimpan tenaga listrik untuk pemakaian di malam hari jika diperlukan. Inverter dibutuhkan untuk mengubah keluaran sel surya yang berarus DC menjadi AC sesuai dengan keperluan perumahan. Dan instalasi diperlukan untuk menyelaraskan bentuk (atap) rumah dengan berapa luas sel surya atau daya yang dibutuhkan agar optimal.

bipv-structure-2.jpg

Gambar di bawah ini sedikit menggambarkan berapa porsi anggaran yang dibutuhkan pada saat pemasangan dan perbandingannya pada 20 tahun kemudian. Asumsi memakai 1300 Watt menggunakan baterei 35 Ah. Literatur ini menggunakan negara Meksiko sebagai contohnya.

harga-bos.jpg

Di sana terlihat bahwa komponen baterei yang memiliki masa pakai optimum yang terbatas (sekitar 4 tahun), memerlukan perhatian khusus terutama karena adanya penambahan biaya ekstra untuk penggantian baterei baru.

Secara perhitungan kasar, harga Sel surya + BOS ini mencapai US$ 8-10/Watt. Sehingga jika hendak menggunakan sel surya di perumahan lengkap dengan sarana pendukungnya untuk 1300 Watt atau 1.3 kW, maka biaya kasar yang perlu diperlukan kira-kira 1300 Watt x (US$ 8 – 10) = US$ 10.400 – 13.000 atau jika di-rupiah-kan sekitar Rp 98.880.000 – 117.000.000 dengan masa pakai 20 tahun lebih dan biaya tambahan untuk penggantian baterei per 4-5 tahun sekali.

Tabel di bawah merupakan simulasi perhitungan biaya yang diperlukan untuk memasang sel surya di sebuah rumah dengan kapasitas daya terpasang sebesar 50 Watt. Jika hendak memasang sel surya di rumah dengan daya 1000 Watt mirip dengan rata-rata daya terpasang pada rumah di Indonesia dari PLN, maka harga total tinggal dikalikan saja dengan 20.

tabel-harga-sel.jpg

Semoga bermanfaat.

Rujukan :

Antonio Luque and Steven Hegedus, Handbook of Photovoltaic Science and Engineering, John Wiley and Sons, 2003.

Yasuto Maruoka, Cost effectiveness of solar modules on the international photovoltaic markets, Proceedings of 17th International Photovoltaic Science and Engineering Conference, Fukuoka, Japan, December 2-7, 2007.

37 Comments

Filed under Harga Sel Surya

37 responses to “Menakar harga sel surya

  1. yoga

    Tetap menjadi suatu hal yang utopis memang seh energi mataharinya gratis, tapi yang diperlukan sekarang adalah bagaiamana menekan harga2 perangkatnya itu yang aduh bo’ muahhaaall bgt. Dan yang jadi masalah sel surya dan segala macamnya tidak begitu banyak orang yang mengetahui dimana tempat menjualnya karena memang tidak dijual bebas. Beda mungkin klo misalnya dengan pembangkit listrik alternatif lainnya semisal tenaga angin atau air yg komponennya lebih mudah di dapat dan murah. Coz sekarang yang menjadi masalah di Indonesia adalah bgm mendapatkn pembangkit listrik alternatif yang murah dan bs menjangkau masyarakat2 di daerah terpencil coz jangan kaget utk daerah spt Jawa saja banyak desa2 yg belum mendapatkan listrik akibat ketidak sanggupan PLN membangun infrastruktur akibat duitnya byk di korupsi. he..he

  2. Rachmat Adhi Wibowo

    Salam Mas Yoga.
    Saya sengaja menulis terlebih dahulu mengenai harga sel surya yang mahal itu. Hal ini karena berbagai pertanyaan ttg harga sel surya itu sendiri serta ketidaktahuan publik mengenai mengapa sel surya itu mahal.

    Dalam kesempatan lain yg mudah2an dalam waktu dekat ini, saya hendak membuat kembali tulisan ttg bagaimana menekan harga sel surya sebagaimana telah dilakukan oleh negara2 maju untuk memasarkan dan menyebarluaskan sel surya.

    Ada fakta yang menarik, meski sel surya itu mahal, namun penjualan sel surya dunia mencapai peningkatan 20% pertahunnya. Mengapa demikian? Ya karena adanya insentif dari negara yang menekan harga sel surya tsb.

    InsyaAllah akan saya kemukakan nanti.

    Salam

  3. Rizal Herawan

    Sebagai informasi, minggu lalu saya meeting dengan Int’l NGO yang lagi punya project untuk microfinacing Solar Cell.
    Mereka sudah jalankan di Bangladesh dan cukup sukses dan saat ini Indonesia adalah target mereka.
    Salah satu board of comittee-nya dari NGO ini Prof. M. Yunus (pemenang nobel).
    Ini project 3 tahun dan mulai jan07 – dec09. Microfinancing ini buat siapa saja selama bisa menaikan taraf hidup, mereka akan bantu termasuk technical advisor.
    Bila memang tertarik saya bisa berikan detainya.

    Salam
    Rizal

  4. Adhi

    Mas Rizal.

    Luar biasa.
    Pas banget. Artikel terbaru saya mengenai program instentif pemerintah (Bagian 2) jelas menyinggung hal di Bangladesh ini. Persis!
    Pas saya upload artikelnya, pas saya lihat ada comment dari Mas Rizal.
    Sukses di sana selalu. Trims infonya.

  5. saya lihat yang dipromosikan di indonetwork cukup murah yah untuk panel suryanya.
    jadi ga yakin lihat kalkulasi di atas deh, apakah panel solar yang di indonetwork itu beneran? disitu saja dipromokan 5 jt, dengan daya 250 watt

  6. Adhi

    Salam…

    Maaf Mas Iqbal…
    Di Indonetwork, saya justru melihat sel surya dengan harga 5 jutaan lebih untuk 50 Watt, alias 100 ribu rupiah/ Watt.
    Berarti artikel saya masih betul karena secara kasar harga sel surya plus perangkat BOS-nya ialah US$ 8-10/Watt.
    Dan setahu saya, memang segitulah harga sel surya di pasaran.

    Trims infonya.

  7. Rizal Herawan

    Saya baca tentang penelitian sel surya yang lebih murah oleh Peneliti LIPI, Ibu Prof Ika Hartika Ismet. Sudah agak lama artikelnya tapi mudah2an bermanfaat dan kita harapkan suatu saat sel surya menjadi lebih murah.

    http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=297309&kat_id=13

  8. eddie

    Oh ya, selain mahal sekali pengadaan listrik tenaga surya, ada juga satu point yang agak mengganggu, yaitu keamananan dari panel surya . Walaupun sering disebut di artikel2 mengenai tenaga surya, yaitu bisa tahan sampai 25-30 tahun, yang diganti biasa cuma baterai.
    Sekarang yang menjadi pertanyaan, bagaimana seandainya ada orang iseng/ tidak bertanggung jawab, melempar batu ke panel surya, yang sekilas sangat rentan pecah/ hancur ? 🙂 Apa jadinya investasi 100 juta rupiah utk 1.000 wattt, trus hilang begitu saja, semoga saja saya salah atau terlalu kuatir.

    Thanks.

    • Ben Brilianto

      Itu kasusnya ibaratnya kalo kita beli guci mahal, e…anak kita kita main bola di dalam rumah dan bola menyenggol hingga guci teresebut jatuh, pecah juga kan. Solar sel di Aceh (Tangse) dilindungi strimin kawat yang renggang

  9. Adhi

    Salam..

    Akhirnya ada juga yang berpikir ke arah sana… hahaha.

    Betul pak…
    Itu saya sadari. Persis seperti apa yg pernah saya guyon-kan ke beberapa temen yang menggiati sel surya. Penerapan sel surya di rumah akan sia sia jika ya ada yg melempar batu ke panel tsb di atas atap kita… bisa nangis2 kita… ahaha.

    Ya, jgnkan sel surya pak.. kereta lewat aja sering dilempari batu. Dan saya kira, pendekatannya akan sama dengan bagaimana mencegah agar aksi perusakan atau vandalisme itu tidak merajalela berkaitan dengan fasilitas umum lain kan?

    Unik, krn saya pernah menemukan sebuah paper ilmiah yang membahas aksi lempar batu atau vandalisme thd fasilitas sel surya di Indonesia yang menjadi satu point pembahasan tersendiri.

    Dan pencegahannya berupa bgmn mendidik dan memberi pengarahan kpd masyarakat ttg pemeliharaan sel surya. Sbnrnya artikel dalam paper ini ditulis ketika membahas program listrik di pedesaan dengan mengunakan sel surya, namun krn menyentuh inti permasalahan yang sama, agaknya ini juga perlu dipertimbangkan.

  10. eddie

    Barusan saya baca harian KOMPAS, tgl 13 maret 2008, hal 13, dimana Dr. Muhammad Nurhuda, seorang pengajar pada Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Brawijaya, Malang , membuat KOMPOR MATAHARI, ya kompor dari sinar matahari, dgn harga pembuatan sekitar 100 ribu – 250 ribu rupiah. Menarik juga , cuma demo-nya diatas atap, dan tidak dijelaskan cara kerja dari kompor tersebut.

    Bayangkan saja, jika setiap saat harus memasak, ibu ibu harus ngumpul di lapangan terbuka ato di atas atap, kan lucu banget tuh. wakakakakaka.

    Kalau saja kompor matahari ini bisa menyimpan tenaga di aki/baterai, dan bisa digunakan dalam rumah, pasti akan sangat berguna utk era sekarang ini. Mungkin kalau dijual / didistribusikan ke papua, orang papua tidak perlu bakar batu lagi dah.
    (Just Kidding )

    Mungkin Anda ada masukan utk Kompor matahari ini.

    Rgds,

    Eddie
    Pontianak

  11. dani-kediri

    klo indonesia klhatanya jauh bgt dari teknologi semikonduktor_tp kta bs buat teknologi jadul yaitu dng cara panas matahari di fokuskan terus di tembakan pd tungku mesin uap untuk menggerakan generator gmna he5…….ad masukan utk sy bro….

    • imad

      …bisa dibantu sama parabola bekas dilapis cermin (kalo ga salah ada pesantren di Jawa Barat yang pake seperti ini, mungkin ini juga yang dimaksud ‘KOMPOR MATAHARI’ seperti disebut di atas?)…salam

  12. bmwiharso

    Salam Pak Adhi..

    bagaimana dgn proyeknya pak Wilson Wenas, yang infonya bisa nekan produksi $ 1/watt , ya walaupun dgn efisiensi lebih rendah, mungkin bisa diulas lebih dalam dari sisi teknologi dan klo pun jadi, tentu asumsi instalasi (box analisa) biaya bisa direduksi dan skema bisa diubah katakan watt-nya jadi lebih besar. terus ukuran batere perlu disesuaikan.
    bagaimana misal baterenya pakai batere kering, analisa teknis & biaya ? mohon Pak Adhi bikin artikel yg nganalisis ttg batere untuk pendukung sel surya.
    Untuk Pak dani-kediri sepertinya teknologi itu udah diterapin di PLTU solar thermal sevilla n california mgkin, bahkan mereka sudah pakai sistem pengawet panas pake molten salt, klaimnya bisa nyimpen panash 4 jam-an. cuma memang butuh lahan luas untuk sistem cermin pantul. Mohon Pak Adhi jg mengulas ini biar jadi pencerahan. Skalanya juga besar nyampe 10MWan. untuk jangka panjang karena ga makan bahan bakar tinggal komponen biaya invest n maintenance.
    Buat Pak Rizal bisa minta kontaknya? Mgkin Pak Adhi bisa memfasilitasi.

    Tengs.

  13. rissa nisfurianti

    salam pak adhi…..

    trimakasih semakin menambah wawasan tentang solar cells semoga harganya bisa semakin terjangkau oleh semua kalangan masyarakat sehingga tidak ada lagi penduduk indonesia yang hidup dalam kegelapan tanpa listrik seperti yang kami alami.
    Mudah – mudahan ilmuan indonesia mampu dengan segera menciptakan listrik murah dan mudah aplikasinya agar bumi juga tidak semakin panas oleh pembakaran – pembakaran entah apalah namanya.

    Terkait dengan komentar pak Rizal tentang microfinancing solar cells saya mau dong pak detailnya seperti apa, karena saat ini saya sedang penelitian tentang kemiskinan juga di daerah saya yang program PPK nya cukup berhasil, mungkin microfinancingnya bisa dilakukan oleh UPK dengan dana bergulirnya.

    Mohon pak rizal / pak adhi bisa memfasilitasi saya

    Salam

    Rissa (Sambas)

  14. Pingback: Sedikit tentang sel surya « The day-to-day of Dodik Kurniawan

  15. Rahmat

    Sangat menarik analisa bapak Adhi. Sekilas info saja berdasarkan Perpres No.5/2006 energi mix nasional pada tahun 2025 ialah batubara>30% gas >30% minyak bumi17%. Dimana EBT ini terdiri dari biofuel,panas bumi,biomassa,surya,angin. Saat ini memang waktu yang paling tepat untuk memikirkan EBT,akan tetapi ada satu hal yang mungkin luput dari analisa bapak. Jika terus bergantung pada pemerintah mungkin sangat tidak realistis akan lebih tepat jika kita lebih mengedepankan kemandirian masyarakat. Seperti analisa bapak mengenai PLTN yang akan dibangun dimuria tepatnya di ujung lemah abang,grenggengan dan ujung watu saja masih jauh apalagi jika kita terjebak lagi pada histori masa lalu mengenai kegagalan pembangunan PLTU di jawa (baca buku Confessions Of an Economic Hit Man-John Perkins). Jika dibandingkan dengan PLTN sepertinya memang PLTS ini lebih menjanjikan di tilik dari segi ekonomi untuk perbandingan PWR(pressurized Water Reactor) dengan daya 1000MeV saja harganya US$20-ini beserta asuransi untuk masyarakat yang ada pada radius tertentu-kalau dilihat dari hitungan Bapak PLTS lebih murah jatuhnya. SDA kita memadai tetapi teknologi dan SDM saya kurang tahu betul pak,permasalahan sekarang ialah institusi yang serius intens untuk mengaji masalah ini sangat minim. Yang perlu kita pikirkan sekarang ialah bagaimana membentuk suatu wadah untuk mewujutkan sel surya ini lebih murah dan bisa di konsumsi untuk masyarakat menengah kebawah. Internet sudah bisa diakses dimana-mana,kenapa kita tidak mencobanya saat ini pak melalui dunia maya ini kita berkumpul mencoba memberikan ide mengenai sel surya ini,saya akan sangat senang jika hal ini bisa terwujud,karena saat ini saya sendiri sedang intents mempelajari EBT Cuma bukan pada tenaga surya melainkan tenaga nuklirlah yang saat ini saya tekuni.

    Salam Mas Rahmat..

    Wah namanya sama…:-D
    Terima kasih atas tanggapan idenya. Ada bbrp informasi yang saya ingin sampaikan juga.

    Energi terbaharukan semisal sel surya ini bukan wilayah pekerjaan masyarakat. Namun jika wadah masyarakat yang dimaksud ialah wadah kajian kebijakan, LSM yang terkait dengan kampanye energi hijau, atau yang punya akses politik ke pemerintah, saya setuju itu. Tiap tiap elemen masyarakat punya porsi kewajibannya sendiri.

    Namun “memaksakan” masyarakat untuk menyediakan secara mandiri sel surya dengan harga yang terjangkau itu saya katakan bukan pada tempatnya. Pertama alasan teknis sulitnya penelitian di bidang ini butuh dana yang sangat besar. Ini yang sedang saya lakukan dan kerjakan. Kedua, alasan kebijakan spt yg saya tuang di tulisan di atas. Kebijakan ini mutlak, karena posisi sel surya ialah baru dalam tahap awal pengembangan dan pemasaran, perlu di-support. Yang dimaksud dengan “bergantung pada pemerintah” ialah dalam ambang batas kewajaran karena memang itu porsi kewajiban pemerintah yang kita pilih per 5 tahunan.

    Pemerintah di sini memiliki kebijakan sejauh mana mereka mau mengadopsi energi terbaharukan untuk aplikasi di masyarakat. Bentuk nyatanya, memberikan insentif penelitian yang porsinya besar untuk penelitian dan pendidikan di bidang energi terbaharukan/alternatif (penelitian yg saya kerjakan di support oleh pemerintah Korea), menggairahkan investasi di bidang ini, mendorong kampanye energi murah dan terbaharukan, membuat peraturan ambang batas emisi CO2, subsidi atau insentif bagi penguna dan produsen sel surya, dan banyak lagi.

    Pemberian dana penelitian itu akan menggairahkan aktifitas riset di perguruan2 tinggi. Pemberian insentif akan memaksimalkan produksi dan konsumsi sel surya sehingga harganya semakin rendah, kampanye energi baharu akan mendorong masyakarat untuk bermigrasi dari penggunaan energi yang boros/fosil ke energi yang lebih bersih dll.

    FYI, Uni Eropa dan Jepang dapat unggul dalam bidang energi terbaharukan karena pemerintah mereka rajin mendorong kebijakan-kebijakan ini. Dan kebijakan ini bukan sekedar wacana karena sudah diaplikasikan dan sudah terbukti berhasil mendorong peggunaan sel surya di masyarakat Eropa dan Jepang, selain membuat harga sel surya terjangkau. Sel surya jika tidak diberi insentif (subsidi dll), harganya bisa 3 kali lipat dari yang sekarang, itu di Eropa, apalagi di Indonesia.

    Bagi saya, ini masalah visi. Tanpa ada visi dari pemerintah, ya kita hanya bermimpi saja akan adanya sel surya murah. 🙂

  16. Adhi Purwa T

    Salam Pak Adhi
    terus terang baru hari ini saya menemukan alamat blog ini, sebetulnya saya dan teman2 di cilegon sangat meng harapkan adanya wadah untuk komunitas energi yang berkelanjutan , sekiranya ada atau akan membentuk,saya sangat berbahagia untuk bergabung.
    Issue ketahanan Energi merupakan Issue yg paling krusial untuk ketahanan suatu bangsa dimasa mendatang,saya optimis bila ada komunitas yg kuat dalam memperjuangkannya ,tentu tak ada yang tidak mungkin bukan?

    Salam sukses selalu

  17. Aulia Sabril

    ALhamdulilah ada wacana seperti ini dibahas di dunia maya; terimakasih atas infonya; smoga ada pihak yang langsung ikut tergerak bersama mencari solusi dari permasalahan mengapa sulit sekali dikembangkan sumber energi alternatif dalam skala besar penerapannya di masyarakat; wasalam

  18. ely

    kebetulan hr ni sy akan mengikuti seminar fisika yg temanya sel surya sbg energi alternatif, sy ingn mengetahui lbh jauh ttg sel surya it ap,alhamdlh menemkan blog ini. slth sy membc isinya bahwa mnrut sy sel surya it perl sekali tuk dikembangkan krn hanya ckp memanftkan energi matahari,namun krn kita meemrlukan sebuah alat yg berfungsi tk menyimpan energi matahari mk biayanya menjd tinggi. smg harga sel surya dpt ditekan dg bantuan pemerintah dan penemuan2 lain yang lbh baik lg

  19. andaikan bisa : ada bank yang mau memberikan kredit jangka panjang untuk pembelian peralatan PLTS, sepanjang kredit rumah mungkin kita bisa terbebas dari segala penyakit PLN

    andaikan bisa : ada perusahaan asuransi yang bersedia menyediakan asuransi all risk untuk PLTS yang akan ada di rumah kita ….

  20. gunadi

    Alat kontrol dari selsurya ke batray sya hilang kira- kira di mana bisa belinya?….
    ada yang tau mohon info berseta harganya…Trims

  21. Saya mau mengetahui dasar dasar pembuatan solar cell

  22. yuli

    mungkin dengan bertambahnya teknologi, harga sel surya akan semakin murah. Hal ini dapat dibuktikan harga dengan harga-harga lain yang menggunakan silikon serupa seperti komputer, HP dan peralatan lain. Dengan semain majunya teknologi dan tingginya permintaan pasar maka sel surya akan semakin ekonomis sehingga diharapkan dapat menjadi solusi terbaik nantinya.
    Amiiin…..

  23. Songko

    Saran: Implementasi listrik surya ini yang utama dan mendasar adalah jangan ada penyimpanan listrik(listrik kalau disimpan jadinya mahal sekali), listrik surya cocok untuk kegiatan bisnis di siang hari. Terima kasih.

  24. julianto

    yth Bapak Adhi.

    saya mau tanya, jika sel surya diaplikasikan untuk industri kecil misalkan bioetanol. bagaimana diagram proses PLTSnya?. kapasitas daya yang diperlukan dan harga alatnya?. atau jika ada referensi yang dapat saya pelajari. terima kasih atas bantuannya.

    salam hormat dari julianto, kalimantan barat – pontianak.

    • Adhi

      Salam Pak Julianto…

      Sbnrnya akan sangat memakan biaya jika PLTS digunakan untuk industri kecil. Sel surya itu masih mahal.

      Salam
      ADHI

  25. anhy

    dimana sya bsa beli perangkat panel surya berikut item yang lainnya..???
    tolong infokan di email ya…
    trima kasih

  26. Rusliyanto

    Harga 1 paket sel surya lgkap brp ya utk th 2011 ini utk kebthn daya 200 watt? Trims.

  27. Arya

    kami bisa menyediakan converter langsung PLUG IN.
    jadi tidak butuh yang lai2 untuk pemasangan PLTS.
    harga 4 JT untuk 1000 watt.
    sehingga menekan biaya untuk pemasangan PLTS
    converter kami juga berfungsi sebagai pengganti genset.
    berminat email aja ke arya_inersoul@yahoo.co.id

    tnks

  28. mantap,,klo bisa dinegara ini jangan hanya bisa sebatas teori saja,,mari kita praktikan,,,mari kita buat forum diskusi sebanyak2’y hingga negara ini g akan krisis listrik lagi,,,

  29. herri

    tolong kirim cara bikin solar cel ke ktop63@gmail.com

  30. Andai saja duit subsidi BBM (belasan milyar USD per tahun) diarahkan untuk subsidi PLTS di kepulauan nusantara, Indonesia sudah bisa elektrifikasi hampir 100%, dan sebagian besar sumber energinya dari terbaharukan pula.

    Melihat harga off-grid PLTSnya negri sebrang (http://solarfarmkits.com.au/sites/solarfarmkits.com.au/files/lithium-ion-off-grid-brochure.pdf), mengambil contoh 24kWh dengan life-span 30 tahun, harga $/kWh untuk life-span sistemnya sudah sama dengan harga listrik lokal. Ya, harga capital-nya memang nylekit, makanya pake duit subsidi BBM.

    Apalagi kalau Indonesia sudah memiliki produsen sel surya, batre dan konverter sendiri, andai…

  31. ADIGOGON

    salam….
    maaf…agan – agan semua
    capek..dech…..
    coba kita pikirkan…
    sumber daya alam dinegara yang kita cintai ini cukup berlimpah
    karunia tuhan yang maha kuasa…..
    segala sesuatunya ada…
    cukup banyak anak – anak negri kita yang berpikiran jenius..
    cobalah…sudah seharusnya pemerintah kita itu meriset dan memfasilitasi anak – anak bangsa kita. jangan selalu kita itu menjadi konsumen bagi negara2 luar…. harusnya kita lah sebagai produsen produk inovasi….

    sedih banget rasanya…..
    oh…tuhan
    kami anak- anak bangsa bermohon kepadamu
    bukakan lah pintu hati kepada pemimpin – pemimpin bangsa kami
    agar bisa terpikir untuk mendorong dan mensupport anak – anak bangsa ini
    maju terus dengan inovasi terbarukan.
    bukakanlah pemikirannya bahwa hidup itu untuk kebersamaan , bukan untuk kepentingan sendiri ( emang mati bisa kubur sendiri )

    jangan yang dipikrkan hanya korupsi dan korupsi serta korupsi….

    salam semangat anak bangsa , jenius dan inovatif

  32. Pingback: Contoh Makalah Karya Tulis Ilmiah – The Power of Love By TalithaRF:)

Leave a reply to herri Cancel reply