Secara singkat, proses pembuatan sel surya jenis silikon telah dipaparkan di Blog ini. Hanya saja, yang penulis paparkan hanyalah prosesnya tanpa menuliskan secara rinci sejauh apa konsep dan peralatan yang dibutuhkan, apalagi besar biaya investasinya. Sama kasusnya dengan pengolahan pasir silika menjadi silikon, pembuatan sel surya ini melibatkan aktifitas yang melibatkan proses high-technology, yakni nanoteknologi.
Artikel ini mencoba mengupas kemungkinan membuat sel surya secara mandiri seperti yang sempat dilontarkan oleh rekan pengunjung Blog ini beberapa waktu lalu;
Makhfud berkata:
Juli 18, 2008 pukul 12:33 amSaya ingin belajar cara membuat solar cell, ingin tahu brapa biaya yang di butuhkan dalam membuat solar cell, serta cara pemasangannya, mohon bantuannya saya butuh lebih banyak lagi artikel tentang solar cell.
Begini….
Pada dasarnya, pembuatan sel surya tidak ubahnya pembuatan microchip yang ada di dalam peralatan elektronika semisal komputer, televisi maupun alat pemutar musik digital MP3. Banyak teknologi yang dipakai oleh sel surya mengadopsi dan mengadaptasi teknologi pembuatan microchip karena teknologi microchip sudah mapan jauh sebelum booming sel surya yang baru muncul belakangan di akhir 1980-an.
Teknologi pembuatan microchip maupun sel surya sama-sama bersandar pada konsep nanoteknologi. Yakni sebuah konsep revolusioner dalam merekayasa perilaku dan fungsi sebuah sistem pada skala molekul atau skala nanometer (berdimensi ukuran se-per-milyar meter). Sistem yang dimaksud ini dapat berupa molekul-molekul, ikatan kimia, hingga atom-atom yang menyusun sebuah produk. Yang direkayasa ialah perilaku atom atau molekul-molekulnya tadi dengan jalan menyesuaikan kondisi pembuatan atau lingkungan molekul atau atom yang dimaksud.
Gambar 1. Sebuah gambaran konsep dari Nanoteknologi. Saking kecilnya produk nanoteknologi, hingga seekor semut pun dapat turut membantu mengangkat sebuah microchip.
Sebagai contoh nyata yang umum pada dunia akademik maupun industri mikrochip ialah, kita dapat mengatur di mana sebuah molekul atau atom tersebut menempel di bagian tertentu pada komponen microchip atau sel surya, atau “memrintahkan” ia berpindah dari satu tempat ke tempat lain ketika arus listrik atau temperatur disesuaikan. Pengaturan atau perekayasaan perilaku molekul atau atom ini sangat berguna untuk menyesuaikan produk sebuah teknologi untuk keperluan sehari-hari. Hal ini terlihat jelas jika melihat kegunaan komputer dewasa ini yang semakin cepat dan poweful justru ketika ukuran prosesor-nya semakin kecil dan memori yang semakin padat. Atau kita melihat bagaimana rekayasa molekul dapat menghasilkan tanaman yang mengasilkan buah dan bibit yang berkualitas lebih unggul.
Gambar 2. Perbesaran dari bagian internal sebuah prosesor komputer/semikonduktor.
Yang kadang terlupakan, nanoteknologi tidak hanya menyentuh persoalan bagaimana membuat, namun juga bagaimana menguji dan mengamatinya, yang jelas membutuhkan alat yang sama-sama berangkat dari konsep yang sama dan dimensi ukuran yang sama. Semisal, ketika ingin mengetahui sebuah produk apakah bagus atau tidak, maka perlu melalui serentetan pengujian dan analisa yang berujung pada sebuah kesimpulan bagus atau jeleknya sebuah produk. Jika produknya memiliki ukuran satu helai rambut dibelah 1000, maka alat penguji dan pengamatnya harus mampu menjejak dengan ketelitian hingga sebesar itu pula.
Perlu penulis tegaskan, nenoteknologi ini ialah konsep yang sangat mahal, mahal dalam arti kata sebenarnya. Sangat banyak prasyarat maupun biaya yang harus dipenuhi sebelum memulai sebuah penelitian dalam skala nanoteknologi, apalagi untuk membawanya ke arah komersialisasi yang melibatkan investasi yang tidak sedikit dan kerumitan yang tinggi.
Ada syarat kebersihan ekstra jika kita hendak mengadopsi konsep nanoteknologi. Semakin kecil sebuah produk, maka jika ada kotoran atau debu saja yang menempel pada produk tersebut (yang notabene berukuran sama), maka produk nanoteknologi tersebut tidak akan berfungsi dengan baik. Sehingga, salah satu investasi ekstra jika hendak menekuni nanoteknologi ialah membangun fasilitas entah itu pabrik atau laboratorium yang sangat-sangat bersih sesuai dengan standar yang berlaku, yang disebut dengan Clean Room (lihat gambar 3 berikut).
Gambar 3. Situasi di sebuah Clean Room. Perhatikan baju khusus anti debu yang dipakai para pekerja di sebuah Clean Room.
Standar pembuatan sel surya jenis silikon melalui beberapa proses implantasi (pemasukan) atom-atom lain ke dalam material silikon yang melibatkan proses kimiawi difusi gas pada temperatur di atas 800 derajat Celcius. Proses ini apabila tidak teliti akan mengakibatkan kebocoran dan sangat berbahaya karena mempergunakan gas yang beracun bagi kesehatan. Alat yang dipergunakan sendiri jelas harus mampu membangkitkan, mengatur dan mempertahankan proses di dalam temperatur tinggi tersebut. Pembuatan sel surya sendiri melalui beberapa tahap proses yang serupa dengan proses implantasi ini dalam temperatur yang berbeda-beda. Jelas tidak boleh terdapat adanya pengotor semacam debu yang ditolerir selama proses berlangsunng karena bila ada, maka sel surya akan gagal total.
Sebenarnya. jika kita melihat alat dan proses yangterlibat dalam pembuatan sel surya secara langsung, maka kesan angker dan sakralnya proses tersebut akan hilang dengan sendirinya (lihat gambar 4 di bawah ini). Prosesnya melibatkan otomatisasi dan komputerisasi. Alatnya sendiri terbungkus rapi di dalam sebuah lemari besi berjendela kaca sehingga aman ketika dioperasikan. Hanya saja, untuk berinvestasi membeli, mempergunakan serta merawat alat tersebut, biaya yang dikeluarkan sangatlah mahal untuk ukuran kita sehingga mustahil bagi industri kecil apalagi perseorangan untuk membuat sel surya sendiri. Terlebih dalam menyediakan gas khusus yang dibutuhkan untuk implantasi atom yang tidak sembarangan dalam penanganannya.
Gambar 4. (Atas) Salah satu alat untuk melakukan proses difusi atom ke dalam silikon yang mengandalkan plasma. (Bawah) Tipikal alat pembuatan sel surya yang telah terintegrasi dan terkompuiterisasi
Kerumitan pembuatan sel surya ada pada tahap pengecekan efisiensi sel yang baru dibuat. Memeriksa apakah sel surya itu dapat berfungsi dengan baik dan dengan efisiensi yang baik membutuhkan peralatan tersendiri dan tidak sembarangan untuk sekedar dirakit. Peralatan ini mensimulasikan besarnya energi cahaya matahari dan harus dikalibrasi dengan standar tertentu. Simulasi ini harus mendekati kondisi sebenarnya penyinaran cahaya matahari. Alat yang dperlukan untuk ini ialah solar simulator yakni alat yang mensimulasikan energi cahaya matahari dan mengukur respon sel surya terhadap cahaya matahari yang akhirnya menghitung efisiensi sel surya.
Gambar 5. (Atas) Prinsip kerja sebuah Solar Simulator, (Bawah) Solar simulator yang dijual di pasaran.
Untuk meniru energi yang dipancarkan oleh matahari, Solar Simulator ini dilengkapi dengan lampu yang berisi gas Xenon yang mampu memberikan kondisi yang nyaris persis sama dengan matahari. Sel surya yang hendak diukur efisiensinya, diletakkan di bagian yang telah ditentukan. Hasil akhir dari simulasi ini ialah berapa besar efisiensi dan daya yang mampu dihasilkan oleh sebuah sel surya. Biasanya pengukuran ini dilakukan pada tahap paling akhir pembuatan sel surya.
Apa yang dapat kita dilakukan?
Penulis melihat meski sel surya tidak dapat dikembangkan secara sembarangan, ada beberapa hal yang perlu dicermati sebagai pintu masuk terlibatnya masyarakat kita turut aktif mengembangkan sel surya. Penulis urutkan dari tingkatan paling ideal hingga yang paling realistis untuk dilakukan.
1. Peleburan dan pembuatan wafer silikon
Kalau negara kita mengklaim memiliki kekayaan alam pasir silika yang dapat diolah menjadi silikon, maka ini perlu dibuktikan dengan memproduksi sendiri silikon yang diperlukan. Negara kita cukup mampu dalam mengolah bijih-bijih logam dan mustinya mampu pula mengolah pasir silika menjadi bijih silikon. Namun, jika kemampuan finansial maupun teknik bangsa kita masih kalah jauh dengan negara yang sudah maju dalam pembuatan wafer silikon monokristal untuk semikonduktor, maka cukuplah membidik pangsa pasar wafer silikon polikristal untuk sel surya yang level pembuatannya relatif lebih mudah dilakukan.
Gambar 6. pasir silika, menunggu untuk diubah menjadi sel surya.
Sejatinya, industri wafer silikon ialah sebuah industri strategis berteknologi tinggi. Posisinya sama dengan industri dirgantara, kapal laut maupun industri baja. Hal ini berkaitan dengan peran vital silikon dalam industri elektronik. Tidak ada industri elektronik manapun yang tidak membutuhkan silikon. Bila sebuah gedung dapat berdiri tegak karena memanfaatkan baja dan pesawat dapat terbang karena menggunakan aluminium, maka komputer dan alat elektronika lain dapat berfungsi karena adanya wafer silikon ini.
Apabila negara kita dapat memiliki industrri strategis di bidang ini, maka kontribusi Indonesia terhadap industri dunia menjadi sangat siginifikan. Sebagai contoh terdekat dengan penulis saat ini, Korea Selatan saat ini menjadi pemimpin dalam bidang memori RAM komputer dengan merek Samsung maupun Hynix. Meski demikian, merka tetap bersikeras membuat wafer silikon sendiri demi mengurangi ketergantungan industri memorinya dari wafer silikon buatan luar. Efek positif dari pembuatan wafer sendiri ialah tingkat kecepatan suplai bahan baku wafer serta meningkatnya sisi konpetitif dan ekonomis dari memori buatan Korea di pasar dunia.
2. Impor mesin-mesin pembuatan sel surya.
Langkah China dalam memasarkan sel surya di negaranya maupun di pasaran dunia cukup menarik untuk dicermati. Industri-industri China tidak membuat material dasar wafer silikon untuk sel surya karena mereka tahu investasinya akan sangat besar. Mereka juga tidak memiliki kemampuan dalam membuat mesin-mesin yang dipergunakan pabrik-pabrik mereka untuk membuat sel surya dalam skala besar.
Gambar 7. Mesin pembuat sel surya yang telah terintegrasi. Perlu ada investasi untuk membelinya dari luar negeri.
Hanya saja, strategi mereka ialah, mengimpor mesin-mesin pabrik dari Jerman sebagai bahagian dari investasi, serta mengimpor material silikon khusus untuk sel surya dari negaa-negara lain semisal, Jerman, Jepang dan Korea Selatan. Keunggulan komparatif upah pekerja yang murah, membuat sel-sel surya made in China saat ini bersaing di pasaran sel surya Eropa selain menjadi tuan rumah di negara sendiri tentunya. Hal ini penulis saksikan sendiri dalam ajang pameran dan konferensi ilmiah sel surya tahun 2005 di Shanghai, China. Mungkin strategi ini dalam jangka pendek bisa diterapkan di Indonesia.
3. Industri assembly.
Kerumitan pembuatan sel surya tidak terlalu ditemui pada proses enkapsulasi sel surya menjadi sebuah modul surya. Sebagai informasi, sel surya sendiri berukuran sekitar 5 x 5 atau 10 x 10 cm persegi. Sel sebesar ini hanya dapat mengkonversi cahaya matahari menjadi listrik berdaya sekitar 1 – 2 Watt saja. Untuk dapat digunakan secara praktis, seitar 30 hingga 50 buah sel surya ini dirangkaikan satu sama lain agar menghasilkan daya keluaran sekitar 50 hingga 75 Watt. Rangkaian sel surya ini disebut dengan modul surya dan modul surya-lah yang sebenarnya dijual dipasaran yang terdiri atas sekian buah sel surya (Gambar 8). Dengan menata seberapa besar kebutuhan listrik, maka tinggal dihitung saja berapa banyak modul surya yang perlu dibeli, kemudian digabung dan dirangkaikan kembali agar menghasilkan daya keluaran sesuai dengan kebutuhan listrik rumah tangga misalnya. Rangkaian modul surya ini disebut dengan panel surya.
Gambar 8. Contoh modul sel surya yang dipasarkan. Perhatikan adanya sel surya di dalam modul yang telah dirangkai dan dienkapsulasi menjadi satu susunan besar modul surya.
Sejauh yang penulis ketahui, proses enkapsulasi sel surya menjadi modul surya relatif lebih mudah dilakukan oleh industri menengah karena inti kegiatannya sama dengan proses assembly, atau merangkai sesuatu dari komponen-komponen yang sudah jadi. PT LEN, sebuah BUMN konon kabarnya sudah mampu meng-assembly sel surya menjadi modul surya yang siap dipasarkan. Melalui langkah ini. industri assembly sel surya tidak perlu berinvestasi pada penambangan, peleburan dan pembuatan wafer silikon. Jalan umum yang diambil hanyalah mengimpor sel surya yang sudah jadi, kemudian merangkainya menjadi modul dan menjualnya kembali ke pasaran.
4. Pembuatan komponen pelengkap sel surya.
Hal terakhir yang mungkin penulis sarankan ialah menekuni pembuatan komponen sel surya (disebut dengan balance of system lihat Gambar 8), semacam inverter DC ke AC, kabel-kabel, aki atau baterei, beberapa kontroler yang penulis yakin sudah cukup dikuasai industri elektronika di Indonesia. Jelas keuntungan produk Indonesia yang relatif murah mustinya dapat merajai pasar komponen untuk sel surya di tanah air. Sebagai tambahan, mungkin desain perumahan atau gedung yang siap merespon pemakaian sel surya di Indonesia dapat menjadi lahan bagus buat para arsitek.
Gambar 9. Komponen-komponen pelengkap sel surya agar dapat bekerja (Balance of System)
Antara Ilmu dan Investasi
Akhirul kalam, dengan menurunkan artikel ini, penulis agak khawatir telah menutup semangat dan cita-cita beberapa pengunjung Blog peminat sel surya yang berniat untuk mengusahakan sel surya sendiri, atau beberapa pihak yang telah melihat potensi alam Indonesia yang kaya pasir silika akan surut langkahnya untuk melirik energi alternatif lain di masa depan. Tidak kurang dari profesional, masyarakat awam hingga anggota direksi sebuah BUMN sempat menanyakan kemungkinan membuat sel surya sendiri.
Namun penulis berpegang bahwa itulah manfaat ilmu, yakni mengkaji dan meluruskan serta memberikan sebuah rekomendasi sebagai respon atas pandangan umum di tengah-tengah masyarakat mengenai sebuah produk teknologi, dalam hal ini sel surya. Sel surya sebagai produk teknologi tidak lepas dari peran investasi sebagai konsekuensi logis dari visi produksi massal sel surya guna mengatasi tantangan energi di masa depan. Tanpa investasi baik dalam tataran penelitian, pengembangan maupun produksi, hasil teknologi tidak dapat dinikmati oleh masyarakat luas melainkan teronggok di dalam lemari perpustakaan atau sekedar bahan laporan akhir atau sekedar karya ilmiah kecil.
Sebagai penutup, penulis menegaskan bahwa negara kita apalagi kita perseorangan, tidak mungkin alias mustahil membuat sel surya sendiri meski dengan menggunakan bahan-bahan alam dari bumi pertiwi tanpa investasi besar dan langkah yang serius. Mungkin pemerintah perlu segera membuat langkah nyata agar investor antuisias menanamkan modal untuk mengolah potensi silikon serta membangun iklim penelitian dan investasi di area sel surya yang kondusif. Dengan catatan, pemerintah musti sudah bervisi ke depan mempersiapkan konsep energi yang berkelanjutan, bersih dan murah.
Tulisan yang sangat menarik, salut buat mas Adhi.
Kapan-kapan kalo balik ke indonesia, kalo saya mau invest di industri sel surya menurut mas Adhi sebaiknya langkah apa yang saya buat?
Saya bercita-cita ingin membuat industri sel surya sendiri (bersama teman-teman) nantinya.
Sebagai tambahan info, dulu memang PT LEN sempat memproduksi sel surya dalam artian terbatas dalam hal assembly yaitu mengimpor sel surya (dari China kalo tidak salah) kemudian merangkai dan meng-ennkapsulasi shingga menjadi produk panel surya.
Itu dulu, sekarang sudah tidak lagi (bangkrut atau kenapanya saya kurang tahu).
Yang jelas di lembaga penelitian saya sekarang, terutama bu Ika, memang sedang gencar-gencarnya meneliti sel surya berbahan multicrystalline yang ditargetkan terjangkau (secara industri) dengan harapan nantinya dapat dikomersialisasikan melalui PT LEN lagi.
Tapi…kembali ke cerita lama, ujung-unjungnya penelitian seperti ini memang sangat tergantung pada ‘niat baik’ pemerintah. Bahasa gampangnya, ogah-ogahan ngasi dana. ya gimana negara kita mau maju kalo terus-terusan menunggu inisiatif pemerintah yang seperti ini modelnya.
Saya sangat beruntung sekarang berada di Australia saat ‘dinasti’ pemerintahan Kevin Rudd (dari labour party), karena pemerintahan ini sangat concern terhadap isu green and renewable energy, khususnya sel surya.
Lha kok commentnya jadi kepanjangan ya hehe..maap lho jadi ngebajak blog orang.
Kapan-kapan disambung lagi ya mas Adhi 😀
(btw, mas Adhi udah balik ke Indo apa masih di Korea tho?)
cheers
andai ada yg lbh simpel dan murah apalagi sy hanya llsan stm
salut juga buat mas adhi..
saya save dulu artikelnya.. bacanya dirumah..
🙂
bisa nggak minta contoh rangkaian sederhana sel surya?
saya kebetulan sedang mendesain dan membuat sebuah travel bag dilengkapi charger tenaga matahari untuk kebutuhan kuliah saya di desain produk…
pertamanya saya membeli sebuah produk mobile charger buatan SILVA (produsen equipment outdoor) seharga 750rb. tapi setelah dipikir2 kok kemahalan ya, nanti tasnya mau dijual berapa..? dan produk SILVA tsb cuma bisa menge-charge batre AA, bukan hp, gps, dan gagdet2 outdoor & travel.
lalu saya melakukan survey lagi di bandung dan menemukan solar cell kecil yang biasanya digunakan untuk kalkulator seharga 5000 saja sekepingnya. ide untuk membeli dan merakit sendiri panel surya tersebut pun muncul, lalu dengan hanya 315rb rupiah (200rb untuk 40 keping solar cell & sisanya untuk membuat casing, kabel, dll) saya berhasil membuat charger solar cell sederhana dengan kemampuan yang sama bahkan lebih dari produk keluaran SILVA tersebut karena selain bisa men-charge batre AA, dia juga punya output USB yang bisa digunakan secara universal oleh banyak gagdet2 outdoor & travel juga hp…
oh iya, saya sedang mencari solar cell generasi kedua yang sangat tipis dan elastis (saya melihat yang bahannya kayak plastik laminating setebal 2mm) untuk keperluan desain dan kuliah saya. kalau ada info dimana mencarinya di indonesia apalagi bandung, tolong email saya artcrime.antisocial@yahoo.com tq
maap kalau comment 2x dengan isi kurang lebih sama, soalnya yg pertama kayaknya gagal ke-post
saya mohon bantuannya untuk memberikan data-data mengenai pembuatan sel surya yang sederhana disertai gamabar ini penting sekali karena ada tugas kuliah, tolong kirimkan ke email saya screetdevil@yahoo.com
sinar matahari di indonesia sangat melimpah, sayang belum banyak dimanfaatkan.
bandingkan dengan negara perancis dan jepang, sudah memiliki dan mengoptimalkan pusat pembangkit listrik tenaga surya.
Ow ternyata sudah dijawab di sini. Kalau dalam bahasa
gaulnya mungkin lingkungan di sini belum selevel dg
yg mampu mengolah itu kali ya? Perlu kerja extra keras
untuk melevelkan diri secara harmonis. Belum lagi
soal baterainya. Ini dibahas nggak ya?
Anyway, thx.
untuk batere saja kita masih impor apalagi yang memiliki Amphere hour yang tinggi. lalu untuk Power inverter dari DC ke AC harganya juga masih mahal karena pemerintah masih mengenakan pajak impor untuk produk ini padahal dalam negeri tidak di produksi jadi tujuan pajak impor lebih ditujukan untuk pemasukan pemerintah bukan untuk melindungi industri dalam negeri. saya sedang mempelajari kemungkinan untuk merangkai sendiri Power Inverter tapi terbentur pada pertanyaan apakah cukup tersedia komponen di pasaran atau setidaknya adakah komponen yg compatible karena di internet banyak sekali situs yang memberikan penjelasan disertai gambar dan skema lengkap untuk membuat inverter. kalo bahan pendukung ini sendiri masih sangat mahal di negara kita lalu kita masih berhayal bisa memanfaatkan tenaga surya tanpa memikirkan alternatif media selain silikon rasanya kita akan tetap terus tertinggal. bukan maksud saya untuk menafikan saran Mas adhi untuk memanfaatkan sumber daya alam yang kita miliki setidaknya untuk ikut ambil bagian di dalam industry sel surya tapi tidak dapat memanfaatkan karunia cahaya surya yang diberikan Tuhan kepada Negara kita ini masih merupakan dosa besar, Thanks
Saya sangat tertarik pada artikel yang saudara muat, dan saat ini saya sedang mengikuti kuliah S3 di IPB, dan rencana desertasi saya mengangkat pembuatan PLTS, dan mengaplikasikannya pada PJU, sebagai penghemat energi listrik.
Dear Mas Adhi,
Di hari minggu ini, saya habiskan wkt utk membaca artikel2 yg ada di Blog ini. Sangat menarik.
Ya betul, memang banyak kendala ya.
Tp saya yakin, saya bisa merealisasikan mimpi saya, membuat pabrik (mulai dari awal-akhir pembuatan) sel surya terbesar didunia !!!
menuju national energy security.
I hope we can make close cooperation in the upcoming years.
Pingback: ENERGI SURYA « Faiz19’s Blog
artikelnya menarik coz sy juga lg pengen meneliti ttg sell surya. pertanyannya bisa nggak bahan dasar semikonduktornya diganti, kebanyakan kan pake silikon, ada yg laen ga?
trus kalo kita buat, kesannya kita cuma merakit doang, sementara bahan2nya udah yetsedia d pabrik, g bisa y kita bikin yg sederhana secara independen, untuk ukuran karya ilmiah remaja buat anak2 SMA tanpa make sparepart pabrikan
Saya prnah membaca salah satu artikel, di situ silikonnya diganti dengan CH3Br(monobromida metan) ato CH2Br (dibrida metan). Nah, yang mo saya tanyakan bagus mana penggunaanya? Lalu apa kekurangan dari alat itu kalo kita pake silikon? dan brapa tahun bisa tahan? Oya, apa sel surya tetap berfungsi kalo hujan ato badai? gimana kalo malam hari? khan ngga’ ada matahari, tuh?
senang bener dengan usaha yg dilakukan m adhi untuk pencerahan materi solar cell terhadap anak bangsa..
materi solar cell ada banyak di-share di dunia maya, baik itu berbayar ataupun tidak..
artinya asal mau berusaha browsing dan mencari di berbagai forum, info tentang solar cell bisa didapatkan..
sangat tidak tepat jika membebankan m’ adi dengan pengiriman berbagai info secara personal,yg di sisi laen m’ adi juga punya kesibukan dan kehidupan sendiri..
lebih tepatnya ini merupakan forum tanya jawab,bagi kita yg belum bener2 memahami materi solar cell ataupun material..
@Keina
coba baca ini:
homemade solar cells
http://ifile.it/pc8tnf
menarik sekali…
bagus penjelasannya
Bang Adhi,
Saya pernah lihat acara TV (NG atau discovery channel, lupa) tentang global warming.
Salah satu sebab sekaligus akibatnya adalah berkurangnya luas permukaan es di bumi, sehingga pemantulan panas matahari relatif berkurang.
Lah, kalau solar cell bisa menggantikan fungsi es di kutub utk memantulkan sinar matahari, kan untuk investment cost bisa dikonversikan ke skema pengurangan emisi carbon. (Apalagi namanya program itu. Lupa. He2).
Tambahan,
Kalau dibandingkan pemanfaatan sinar matahari antara solar cell dengan pemantulan sinar matahari dengan lensa fresnel untuk mendapatkan panas optimum, bagaimanakah dari sisi investment cost dan operating cost?
wah… top banget ilmu anda. Saya mau nanya nih mas, saya pingin jadi praktisi sel surya, situs apa ya yang tepat buat belajar dan beli modul sel beseta saudara2nya yang bagus dan murah. sukses selalu,.. and mari bersama majukan indonesia… MERDEKA.
Kalo yg ini valid gak?
http://scitoys.com/scitoys/scitoys/echem/echem3.html#sflatpanel
bagaimana cara mengoperasikan solar sell
bagaimana mendesaian sel surya
pantek itu dimana letaknya
he monyet,baradatlah ang saketek.
Sebenarnya industri sel surya bukan industri yang feasible untuk sekarang ini kalau tidak ada subsidi dari pemerintah, karena wafer dibuat dengan sangat hi-tech (pasir silika ke silicon lalu ke wafer=sangat mahal), sedang produknya adalah energi (murah).
Contoh yang paling sukses melakukan subsidi energi adalah Jerman.
Salam
Mas Tri
Info yang menarik
wadhu klo boleh bilang sih ini biasanya bisa bikin orang pesimis atau mematikan kreatifitas jadi kalo bisa kalimatnya di benerin dikit 😀
subhanalloh……..moga2 saudara2 ku yang pandai2 ini bisa ngasih lebih banyak ilmunya (dan perannya) untuk negara kita yang emang sangat naif inisalam santun untuk semua
trima kasih ,,,atas inspirsnya,,,,,dngan artikel ini ,saya lebih tahu.
Makasi kunjungannya 🙂
ADHI
boleh th rangkaian solar sel g?
Kasih th donk
saya tamatan stm belum pernah membuat solar sel saat ini saya ingin mencobanya
surya sel, listrik murah? kalau dibuat murah ama pemerintah, PLN rugi dong, terus yg akan mbayar utang ama IMF nenek kalian?…. jgn mikirin murah dah…. kalo ada yg murah kasih ke sy nih emailnya: susetyarso@gmail.com. Trims
Kalau membuat perusahaan listrik rugi, ga bakalan sel surya dipasarkan di belahan dunia manapun. PLN ndak rugi, cuma tinggal ganti PLT Uap, PLT AIr dll dengan sel surya yg mereka pasarkan dan harganya ditetapkan pemerintah, persis kayak skr. bedanya cuma mengganti pembangkit listrik yg konvensional dengan sel surya. Listrik yg murah bisa menngkatkan produktifitas yang keuntungannya bakal mbayar itu utang2….. nenek kami yang punya visi spt ini, mgkn nenek situ yang ga paham-paham.. 😀
Ok, salam
ADHI
™kk bagai mana cara buat silikon™
thx info nya mas..
beli sel surya yg murah di mana ya ???
Pingback: 2010 in review « ..: Sel Surya-Teknologi pemanfaatan energi terbaharukan :..
TERIMA KASIH ATAS INFORMASINYA..
SANGAT MEMBANTU 🙂
Salam sejahtera
untuk kita semua
moga2 dgn informasi yg tepat dan dan pengetahuan benar, kedepannya generasi muda kita bisa merealisasi visi para pendahulunya, sehingga indonesia berlimpah energi !
Thx a ton … paparan tentang tehnologi solar cell dr M’ Adhi membuka wawasan kita semua.
salam resi
Alhamdulillah.Makasi atas kunjungannya.
sukses selalu
Apresiasi sekali untuk tulisannya Mas,
salam kenal saya Andreas Andi S. – tek. Mesin Brawijaya – Malang.
saya masih studi S1, sekarang saya mendapat kesempatan untuk menjadi asisten Lab. Tenaga surya dan energi alternatif. (Wind turbin, kincir air.dsb)
saya akan pelajari lebih lanjut, mohon info juga kalau ada tulisan Mas Adhi yg lain yang dapat juga membantu perkembangan kami.
email saya : andreas_andi_s@yahoo.com
dan PT. LEN akan menjadi tujuan saya ketika proses tugas akhir nanti, mohon arahannya. terima kasih.
membuat panel surya itu mudah coba kunjungi
http://membuatpanelsuryaitumudah.blogspot.com/2012/03/membuat-panel-surya-sendiri.html
secara detail. dengan bahan yang ada di pasaran.
MANTAP
Reblogged this on Guarda Group – Make your life Useful ! and commented:
Ilmu yang berguna sekali, semoga bisa membawa manfaat bagi kita di masa depan nanti. ^_^
pemerintah indonesia harusnya dukung anak bangsa kita yang kreatif ini, smoga pemerintah yang akan datang memberikan subsidi untuk teknologi ini.. tetep semangat teman2……
Salam Sejahtera untuk kita sekalian
Saya gak merasa telat untuk komen walau sudah 2 tahun berlalu…
hehehe…
Intinya :
Negara Cap Indonesia super kaya dari energy tak terhabiskan yaitu matahari.
Oleh sebab itu sebaiknya kita fungsikan semaksimal mungkin,
Kalau kita yang tidak memulai dengan berbagai langkahnya, lantas siapa lagi.
Buat broder2 yang konsern ke bidang kelistrikan, tolong fikirkan dan wujudkan jadi pilot2 projek percontohan : (contohnya rumah energy murah.. Bahan dasarnya nya atap ya Mono atau Poly cristaline.. Partisi atau temboknyasudah mengandung isolator dan ruang2 kontrol kendali listrik. bahkan garasinya sudah siap charge dengan mobil DC brushless. Dll produk yang merngarah pada pemberdayagunaan energy matahari.
Semoga upaya rekan rekan menjadi inspirasi dan motifasi luar biasa ke masa datang dan bahkan sekarang ini. Krn saya pun mencoba dengan riset kecil kecilan tingkat rumah tangga untuk aplikasinya ini, Terimakasih salam super dan free energy…………….
mas adhi yg berbahagia ,
tahun ini akan dibangun pabrik sel di indonesia oleh bumn LEN di perkirakan 2013 sdh dapar berproduksi
saya sendiri akan berusaha memasok pasir koarsa. mohon pendapat mas adhi
sebenarnya orang indonesia tuh banyak yg pinter-pinter dalam bidang teknologi.tpi kalah dengan para politikus.
Trimakasih infonya maz adhi
sukses selalu buat anda
Setuju.tapi banyak di teori.klu sdh pratek kebanyakan acak kadul.Saya banyak lihat alat/prototipe buatan BPPT/LIPI di lapangan kebanyakan Gatot(gagal total).Kenapa?Krn bikin prototipe perlu disiplin ilmu yg lain.Kebanyakan penelitian adlh proyek individu, krn gengsi/ingin menikmati sendiri, ngak ngajak2 yg lain.Padahal disana berkumpul semua bidang.tanya kenapa?
maaf mas mau tanya klo panel solar cell ada mas pakainya gk?
artikel yg bagus m adhi. Smoga bisa sgr dimanfaatkan scr optimal oleh pemerintah.
maaf mas mau tanya klo panel solar cell ada masa pemakaiannya gk?
Pingback: Cara Pembuatan Sel Solar Sederhana | Penghemat Bahan Bakar Mobil | Penghemat Motor Matic Post
Memang bos, indonesia orangnya pinter2 tapi setelah pinter indonesia tidak dapat memanfaatkan orang pinter.
so, negara lain yg sring memanfaatkannya. begitu bos ?
ayo kita mulai dengan mengapresiasi orang2 pinter kaya’ mas Bro ini !!
artikel juooooos,ijin nyimak…
sekarang udah murah kok solar cell 20W /12 V di glodok kemarin saya udah beli Rp. 400.000 dan ada yang lebih murah lagi SMK armada di magelang mereka membuat solar cell 1000 w hanya Rp. 700.000 nah ini belu saya konfermasikan nomor telp. (0293) 314240 hub deh
Good News…!! Barita baik soal perkembangan harga sel surya Yang makin terjangkau.
Terima kasih infonya.
namanya bukan SMK ARMADA mas…tp SMK NEGERI 1 CAWANG, MAGELANG. maturnuwun
salam….
maaf…agan – agan semua
capek..dech…..
coba kita pikirkan…
sumber daya alam dinegara yang kita cintai ini cukup berlimpah
karunia tuhan yang maha kuasa…..
segala sesuatunya ada…
cukup banyak anak – anak negri kita yang berpikiran jenius..
cobalah…sudah seharusnya pemerintah kita itu meriset dan memfasilitasi anak – anak bangsa kita. jangan selalu kita itu menjadi konsumen bagi negara2 luar…. harusnya kita lah sebagai produsen produk inovasi….
sedih banget rasanya…..
oh…tuhan
kami anak- anak bangsa bermohon kepadamu
bukakan lah pintu hati kepada pemimpin – pemimpin bangsa kami
agar bisa terpikir untuk mendorong dan mensupport anak – anak bangsa ini
maju terus dengan inovasi terbarukan.
bukakanlah pemikirannya bahwa hidup itu untuk kebersamaan , bukan untuk kepentingan sendiri ( emang mati bisa kubur sendiri )
jangan yang dipikrkan hanya korupsi dan korupsi serta korupsi….
salam semangat anak bangsa , jenius dan inovatif
ilmunya sangat bagus Dan bermanfaat, semoga ada investor yang tertarik Dan berminat menanamkan modalnya untuk berinvestasi ke bidang tenaga surya yang sangat murah INI.tq
ini artikel klo dri apa yang saya baca lebih mementingkan impor dibandingkan mencoba membuat sendiri,,
apakah kalian tau,, universitas2/institut2 di indonesia sudah ada yang mampu membuat sell surya.. ya walaupun tingkat efisiensinya masih skala laboratorium tapi tetap saja kita mampu untuk membuatnyaaaa…. lantas kenapa tidak dikembangkan hal tersebut malah berusaha untuk menghentikan kreativistas bangsa dengan mengimpor dari luar… hellowwwww…..
Sangat bagus sekali artikelnya mas, kalo pemerintah kita benar bertekad membangun pembangkit tenaga surya dan angin, tidak ada yg tidak mungkin PLN kita tidak tergantung dari BBM lagi, yg sebentar lagi habis.
Cadangan minyak, tersisa 12 tahun lagi, ide bagus jika dimulai dari yang kecil-kecil membuat solar cell untuk rumah kita dulu.
Jual ITO Glass
Spesifikasi ITO Glass Transparant:
1. pembelian dalam bentuk 1 packing
2. 1 packing berisi 10 lembar dengan ukuran 10×10 cm
3. Transparansi 86 %
4. Resistansi 8-14 ohm
5. ketebalan 1.1 mm
6. harga 1 packing Rp 6000000
7. harga 1lembar ukuran 10×10 cm Rp 690000
Hubungi: 08121762530